Kamis, 11 Oktober 2012

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP SEMANGAT DAN KINERJA ANGGOTA ORGANISASI


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah

Dengan realita yang terjadi di Indonesia, bahwa kurangnya rakyat Indonesia yang memiliki jiwa kepemimpinan. Kita bias melihat dengan apa yang terjadi saat ini, bahwa sangat banyak rakyat Indonesia yang menyala gunakan kekuasaannya untuk memuaskan kepentingan pribadinya. Diantar indikasi adalah; pertama,  minimnya pembelajaran untuk para pemuda tentang apa arti sesungguhnya dari kepemimpinan tersebut, walaupun ada pembelajaran tersebut, tapi hanya organisasi-organisasi tertentu saja yang mempelajari hal tersebut. Kedua, materi kepemimpinan tidak di masukan ke kurikulum lembaga pendidikan, yang mengakibatkan seakan-akan materi kepemimpinan tidak terlalu penting dalam menjalani seluru aktivitas. Ketiga, kurangnya minat masyarakat dalam mempelajari materi-materi kepemimpinan. Dengan kurangnya jiwa kepemimpinan di Indonesia yang mengakibatkan berimbasnya ke gaya kepemimpinan yang kurang maksimal.


Oleh sebab itu, sangat pentingnya dilakukan penelitian tentang jiwa kepemimpinan dan gaya kepemimpinan dalam suatu organisasi. Dari situ kita bias mengetahui apakah rakyat Indonesia masih memiliki jiwa kepemimpinan dan gaya kepemimpinan yang baik ataukah hal tersebut hanya menjadi isapan jempol.


B.    Rumusan Masalah
Dari masalah-masalah yang telah dijabarkan, bahwa dapat dirumuskan masalah sebagai berikut; bagaimana cara organisasi untuk dapat memilih dan melihat orang yang memiliki jiwa kepemimpinan tersebut dan bagaimana cara organisasi untuk meningkatkan jiwa kepemimpinan demi untuk mencapai visi dan misi, dan untuk memperbaiki gaya kepemimpinan.

C.    Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tentang pengaruh gaya kepemimpinan terhadap semangat dan kinerja anggota kerukunan pelajar mahasiswa Buol Yogyakarta (KPMB-Y). selain itu dengan penelitian tersebut, bisa terlihat dampak positif dan negatif terhadap yang ditimbulkan jika seandainya gaya kepemimpinan baik maupun kurang baik.
D.   Manfaat Penelitian
Yang bisa diambil dari penelitian tersebut adalah betapa berpengaruhnya jiwa kepemimpinan terhadap gaya kepemimpinan untuk memimpin suatu organisasi. Dengan begitu dapat menyadarkan suatu organisasi untuk menciptakan suatu pemimpin yang adil dan berjiwa tegas dalam memimpin suatu organisasi. Selain itu dampak yang diperoleh oleh bukan hanya dinikmati oleh organisasi saja, tapi dapat dirasakan oleh orang disekitar dan lebih tepatnya rakyat Indonesia.


BAB II
LANDASAN TEORI
A.   Landasan Teori
Kepemimpinan yang efektif merupakan persyaratan vital bagi kelangsungan hidup dan keberhasilan organisasi atau perusahaan. Kepemimpinan itu dikatakan efektif atau tidak  tergantung dari gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang pemimpin. Karena sudah jelas bahwa gaya kepemimpinan akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap efektivitas kepemimpinan nya.
Telah banyak ahli mendefinisikan tentang pengertian gaya kepemimpinan, diantaranya adalah Effendi (2002:28), berpendapat bahwa “ Gaya Kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin melaksanakan kegiatannya dalam upaya membimbing, memandu, mengarahkan dan mengontrol pikiran, perasaan, atau perilaku seseorang atau sejumlah orang untuk mencapai tujuan tertentu”.
Kemudian Flippo dalam Heidjrahman dan Husnan (2000:224), mengatakan bahwa : “ Gaya Kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Dari kedua definisi tersebut dapat diambil pengertian yang sama, bahwa gaya kepemimpinan ialah perilaku seorang pemimpin dalam usaha mempengaruhi bawahannya untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.




B.    Studi Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulis diantaranya :
Penelitian yang dilakukan oleh Ringga Arie Suriyadi pada tahun 2008, dengan judul “Pengaru gaya kepemimpinan dan motifasi terhadap kinerja kariawan pada PT. Luxindo Raya”. Disitu dejelaskan bahwa Keberhasilan dari pencapaian tujuan yang diinginkan tidak hanya ditentukan oleh kepribadian, kecakapan, serta kemampuan seorang pemimpin saja, tapi ada satu hal yang sangat berpengaruh yaitu penerapan suatu model atau gaya kepemimpinan sebagai simbol dari seorang pemimpin untuk melaksanakan fungsi dan perannya yang secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi lingkungan internal organisasinya terutama bagi para karyawannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Iis Torisa Utami SE,MM pada tahun 2009, demgan judul “Pengaruh gaya kepemimpinan transpormasional terhadap motivasi kerja kariawan pada PT. Trade Servis Tama Indonesia-Tangerang”. Disitu dijelaskan bahwa, Permasalahan yang dihadapi oleh beberapa perusahaan adalah masalah pengelolaan pengembangan sumber daya manusia khususnya dalam peningkatan karier, dimana karier merupakan hal yang sangat penting untuk mendorong karyawan dalam meningkatkan kemampuan di bidangnya, oleh karena itu untuk dapat mempengaruhi para pengikutnya diperlukan suatu gaya kepemimpinan tertentu, dimana gaya kepemimpinan yang dimiliki seorang pemimpin di perusahaan berbeda-beda.

C.    Perumusan Hipotesis
1. Proposisi, Hipotesis, Variabel dan Dimensi
Jenis Penelitian Ilmiah vs Perumusan Hipotesis
Penelitian yang TIDAK MEMERLUKAN perumusan dan pengujian HIPOTESIS:
• Deskripsi/Eksploratori: menggambarkan/menjelaskan suatu fenomena
• Rancang Bangun: pembuatan/penerapan/analisis suatu alat/teknologi/sistem
Penelitian yang MEMERLUKAN perumusan dan pengujian HIPOTESIS:
• Eksperimental: pengujian hipotesis secara empirik
Eksperimen = Experiment = Percobaan: setiap proses yang menghasilkan data
Proposisi: Pernyataan yang menjelaskan kebenaran atau menyatakan perbedaan atau hubungan antara beberapa konsep
Jenis Proposisi:
a. Aksioma atau Postulat: kebenarannya sudah tidak dipertanyakan lagi, karena sudah (dapat) dibuktikan kebenarannya
b. Teorema: Dideduksi (disimpulkan) dari (beberapa) aksioma. Teorema dapat saja dibangun dari aksioma-aksioma yang berbeda
Proposisi dan Hipotesis kadangkala sulit dibedakan.
Perbedaan paling esensial di antara keduanya adalah bahwa:
• Hipotesis bersifat lebih operasional
• Konsep-konsep dalam hipotesis sudah dioperasionalisasikan menjadi variabel
• Hipotesis sudah dapat diuji secara empirik.
Variabel: sesuatu yang mempunyai variasi nilai
Variabel dapat didetailkan menjadi dimensi
Hipotesis berasal dari kata Hypo + Thesis (Latin)
• Hypo: Sebelum
• Thesis: Dalil, Teorema
Hipotesis: Pernyataan yang kebenarannya harus diuji terlebih dahulu sebelum diterima menjadi teorema atau dalil
Secara awam Hipotesis = Pernyataan sementara
Proses pengujian hipotesis menjadi tulang belakang pembuatan alat ukur, pengumpulan data dan proses pengolahan, analisis dan interpretasi data dalam penelitian Eksperimental
2. Jenis Pengujian Hipotesis
Statistika menjadi alat pengujian Hipotesis
Dalam Statistika, pengujian hipotesis dibedakan menjadi:
a. Uji Beda (Rata-Rata)
b. Uji Hubungan antar Variabel
b.1. Uji Hubungan Simetris (Korelasi)
b.2. Uji Hubungan Berarah/Direksional (Pengaruh)
Pengujian Hipotesis secara statistiska memerlukan pembentukan Hipotesis Nol (H0) dan Hipotesis Alternatif (H1).
Hipotesis Nol (H0):
Pernyataan yang menjadi dasar pembanding
Secara matematik, Hipotesis Nol (H0) ditulis dalam bentuk persamaan (“=”)
H0 harus menyatakan tidak ada perbedaan atau tidak ada hubungan
2
Hipotesis Alternatif (H1):
Pernyataan yang menjadi altenatif H0
Secara matematik, Hipotesis Alternatif (H1):ditulis dalam bentuk pertidak-samaan (“≠. <, >”)
H1 menyatakan ada perbedaan atau ada hubungan
Pada prinsipnya pengujian hipotesis adalah:
• penerimaan H0 atau
• penolakan H0 yang menyebabkan penerimaan H1
(Pembahasan detail akan dijelaskan pada Bab Pengolahan dan Analisis Data)
Kebenaran Hipotesis bersifat tidak mutlak, sangat tergantung dari kebenaran teori pendukung dan kesempurnaan pengambilan sampel yang mewakili seluruh populasi.
Jadi penerimaan atau penolakan Hipotesis bukanlah persoalan kebenaran, tapi lebih pada persoalan cukup bukti yang mendukung atau tidak.
Suatu hipotesis DITERIMA karena dari sampel yang digunakan tidak terdapat cukup bukti untuk menolak hipotesis itu dan BUKAN karena hipotesis itu BENAR
Suatu hipotesis DITOLAK karena dari sampel yang digunakan tidak terdapat cukup bukti untuk menerima hipotesis itu dan BUKAN karena hipotesis itu SALAH
Kalau memang diinginkan memperoleh kebenaran mutlak, maka penelitian harus mencakup keseluruhan pengamatan (populasi), sesuatu yang sangat mahal dan membutuhkan ketelitian dan waktu yang panjang
3. Pembentukan Hipotesis
Pembentukan Hipotesis tergantung dari jenis uji hipotesis yang digunakan
Hipotesis pada Uji Beda (Rata-Rata)
a. H0: Tidak ada perbedaan rata-rata
semua (rata-rata) bernilai sama (“=”)
H1: Ada perbedaan rata-rata
Ada suatu (rata-rata) yang nilainya tidak sama (“≠”)
b. H0: Tidak ada perbedaan rata-rata
semua (rata-rata) bernilai sama (“=”)
H1: Ada perbedaan rata-rata
Ada suatu (rata-rata) yang nilainya lebih kecil (“<”) dari yang lain
3
c. H0: Tidak ada perbedaan rata-rata
semua (rata-rata) bernilai sama (“=”)
H1: Ada perbedaan rata-rata
Ada suatu (rata-rata) yang nilainya lebih besar (“>”) dari yang lain
Hipotesis pada Uji Hubungan antar Variabel
Dalam statistika, keeratan hubungan antar variabel dinyatakan dalam Koefisien Korelasi Linier (Pearson’s product moment) = R
Hubungan Linier = hubungan langsung
Nilai R berada di antara − 1 sampai + 1 atau −1 ≤ R ≤ +1
Nilai R = + 1 atau R = − 1 menandai suatu hubungan sempurna, kondisi ideal ini hampir-hampir tidak mungkin ditemukan dalam kenyataan sehari-hari
Nilai R = 0 menandai suatu hubungan yang sama sekali tidak ada, nilai inilah yang menjadi nilai pada Hipotesis Nol (H0 )
Nilai R mendekati −1 atau R mendekati +1 menandai hubungan yang kuat
Tanda (+) dan (−) bermakna hanya pada Uji Hubungan Direksional (berarah) atau uji Pengaruh, tidak bermakna pada uji Hubungan Simetris
Hipotesis pada Uji Hubungan Simetris (Korelasi)
H0: Tidak ada hubungan antar variabel
R = 0
H1: Ada hubungan antar variabel
R ≠ 0
Hipotesis pada Uji Hubungan Berarah (Pengaruh)
Pada pengujian hubungan direksional (pengaruh)
Tanda (+) dan (−) pada R menjadi sangat berarti
Dalam uji ini variabel dibedakan menjadi:
a. Variabel yang mempengaruhi = Variabel Penyebab = Variabel Bebas = Independent Variable Dinotasikan sebagai X
b. Variabel yang dipengaruhi = Variabel Akibat = Variabel Tidak Bebas = Dependent Variable Dinotasikan sebagai Y
4
Hipotesis pada Uji Hubungan Berarah (Pengaruh)
a. H0: Variabel Bebas (X) tidak berpengaruh terhadap Variabel Tidak Bebas (Y)
R = 0
H1: Variabel Bebas (X) berpengaruh terhadap Variabel Tidak Bebas (Y)
R ≠ 0
b. H0: Variabel Bebas (X) tidak berpengaruh terhadap Variabel Tidak Bebas (Y)
R = 0
H1: Variabel Bebas (X) berpengaruh positif terhadap Variabel Tidak Bebas (Y)
R > 0
c. H0: Variabel Bebas (X) tidak berpengaruh terhadap Variabel Tidak Bebas (Y)
R = 0
H1: Variabel Bebas (X) berpengaruh negatif terhadap Variabel Tidak Bebas (Y)
R < 0
Nilai R positif (R > 0) menunjukkan hubungan (atau pengaruh) positif, artinya jika nilai X naik, maka nilai Y juga naik
Nilai R negatif (R < 0) menunjukkan hubungan (atau pengaruh) negatif, artinya jika nilai X naik, maka nilai Y turun
Ukuran Pengaruh adalah Koefisien Determinasi (R2) di mana R2 = R X R
Koefisien Determinasi (R2) adalah ukuran keragaman total nilai variabel tidak bebas (Y) yang dapat dijelaskan secara langsung (linier) oleh variabel bebas (X).
4. Temuan Riset Terdahulu
Riset yang dilakukan oleh Iis Torisa Utami SE,MM dengan judul Pengaruh gaya kepemimpinan transpormasional terhadap motivasi kerja kariawan pada PT. Trade Servis Tama Indonesia-Tangerang. Riset tersebut menggambarkan sebagai berikut :
Dari hasil uji validitas dan reliabilitas dari variable gaya kepemimpinan transformasional dapat dinyatakan memiliki tingkat validitas yang sangat tinggi yaitu sebesar 0,687 dan yang paling rendah yaitu 0,368, sedangkan hasil uji reliabilitas didapat nilai Alpa Cronbach sebesar 0,822. Karena angka tersebut jauh diats 0,60 maka dapat disimpulkan bahwa variable gaya kepemimpinan transformasional dapat dinyatakan handal. Selanjutnya Hasil uji validitas dan reliabilitas dari motivasi kerja karyawan dapat dinyatakan kehandalannya dengan nilai instrument sebesar 0,857 dan nilai instrument terendah sebesar 0,460. Berdasarkan hal tersebut maka variable gaya kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja karyawan dapat dinyatakan valid.
Selanjutnya hasil analisis korelasi dan regresi bahwa hubungan gaya kepemimpinan transformasional terhadap motivasi kerja karyawan memiliki hubungan yang sangat kuat sebesar 0,542 atau 54,2% dengan tingkat signifikan sebesar *0,002 dimana tingkat signifikan tersebut lebih kecil dari alpha (α) 0,05 artinya gaya kepemimpinan transformasional memiliki hubungan yang sangat kuat atau signifikan dan positif terhadap motivasi kerja karyawan, hal ini menunjukkan bahwa adanya interaksi antara pimpinan dan bawahan dalam mengwujudkan visi dan memotivasi karyawan untuk bekerja bersama-sama mencapai tujuan yang hendak dicapai serta memahami kebutuhan-kebutuhan dari pada para karyawannya(lihat tabel 1). Hasil penelitian ini sesuai dengan jurnal bisnis dan ekonomi, September 2003, hal 3, yang menyatakan gaya kepemimpinan transformasional memotivasi bawahannya dengan cara; (1) membuat para bawahan lebih sadar mengenai pentingnya hasil-hasil suatu Pekerjaan; (2) mendorong mereka untuk lebih mementingkan organisasi dari pada diri sendiri; (3) mengaktifkan kebutuhan-kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi. Sedangkan dari hasil perhitungan uji t diperoleh nilai kostanta sebesar -2,085 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,048, dan untuk variable gaya kepemimpinan transformasional uji t sebesar 3,458 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,002, hal ini menyatakan bahwa secara parsial gaya kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan. Lihat tabel 2 berikut ini :
Selanjutnya dari hasil perhitungan uji ANOVA atau F test menghasilkan nilai F hitung sebesar 26,168 dengan tingkat signifikansi 0,000, maka model regresi dapat dinyatakan bahwa gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh secara simultan terhadap motivasi kerja karyawan, lihat tabel 3. Hal ini terbukti bahwa kepemimpinan memiliki kaitan yang sangat erat dengan motivasi kerja karyawan, karena karyawan yang memiliki motivasi dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh pimpinan mampui memberikan kontribusi yang baik sesuai harapan pimpinan sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, pernyataan inisebagai karena keberhasilan seorang pemimpin adalah dapat menggerakkan orang lain (bawahan) dalam mencapai tujuan, sehingga seorang pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahannya tetapi pemimpin harus dapat Pernyataan ini sebagaimana disampaikan oleh Wahjosimidjo,1993:172, kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi, karena keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain sangat tergantung kepada kewibawaan dan bagaimana menciptakan motivasi dalam diri setiap karyawan sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Berdasarkan paparan tersebut maka secara nyata variable gaya kepemimpinan transformasional tidak berpengaruh secara parsial terhadap motivasi kerja karyawan, tetapi secara simultan memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap motivasi kerja karyawan, hal ini berarti bahwa karyawan sangat membutuhkan dorongan atau motivasi dari para pimpinan dalam mengwujudkan impian atau cita-citanya dimasa yang akan datang melalui program pelatihan yang diadakan baik oleh perusahaan maupun pelatihan atau pendidikan yang timbul dalam diri/individual karyawan, sehingga terbentuk sinergi yang dapat meningkatkan produktifitas perusahaan.

Kesimpulan
1. Gaya kepemimpinan transformasional secara parsial berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan, dimana variable gaya kepemimpinan sebesar 54,2% dan tingkat signifikansi sebesar 0,002 sehingga dapat disimpulkan bahwa variable gaya kepemimpinan memilihi hubungan yang positif dan signifikan terhadap motivasi kerja karyawan.
2. Gaya kepemimpinan transformasional secara simultan berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan, karena memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000 dan F hitung 26,168.
3. Gaya kepemimpinan transformasional sangat cocok diterapkan dilingkungan perusahaan , karena terbukti dapat meningkatkan motivasi karyawan dan menumbuhkan rasa percaya diri karyawan terhadap komitmen pimpinan yang selalu peduli terhadap kebutuhan karyawan.

Tidak ada komentar: