Selasa, 24 Oktober 2017

EXCHANGE UNION COIN (XUC)

 MENJEMBATANI NILAI MATA UANG DIGITAL SECARA GLOBAL


Pada tanggal 26 Juni 2017, 941 jenis mata uang  digital tercatat di Coinmarketcap dan kapitalisasi pasar melebihi $ 100 miliar, dimana 50 kali lebih besar dari 5 tahun yang lalu. Sejak tahun 2017, tingkat pertumbuhan kapitalisasi pasar dan volume diperdagangkan di20 kripto atas masing-masing adalah 383% dan 985%. Pasar sekunder telah melihat pertumbuhan nilai mata uang digital. Ada sekitar 98 pertukaran  mata uang digital dan puluhan juta investor aktif di seluruh dunia. hal tersebut yang membuat Exchange Union Coin (XUC) hadir, demi menjembatani nilai mata uang secara global.

Untuk alasan regional, mata uang fiat, bahasa dan lingkungan investasi, pertukaran mata uang digital cenderung bersifat lokal dan terisolasi. Tidak semua mata uang digital tersedia dapat dipergunakan untuk pelanggan di setiap daerah dan harga bervariasi cukup substansial. Selain itu, layanan yang disediakan oleh pertukaran berbeda dan tidak semua informasi perdagangan dapat ditemukan di pasar terbuka. Hal ini menjadi hambatan bagi perdagangan silang negara atau perdagangan silang wilayah, kliring, deposit dan menganggu penarikan besar investor.
Namun dalam menjembatani nilai mata uang digital secara global, Exchange Union Coin (XUC) memiliki keunggulan yang sangat baik untuk memanjakan para penggunanya, keunggulan yang ditawarkan tersebut antara lain sebagai berikut :
  1. Menghubungkan pertukaran mata uang digital di seluruh dunia dan mewujudkan perdagangan antar investor, pertukaran antar kliring, deposit dan penarikan berbagai mata uang digital yang berbeda dan aset.
  1. Meningkatkan efisiensi perdagangan, kinerja pertukaran , mewujudkan distribusi likuiditas mata uang digital yang berorientasi pasar dan menawarkan harga terbaik
  1. menghubungkan pertukaran dengan perdagangan, deposit, penarikan dan kliring melalui kesepakatan antara pertukaran mata uang digital dan memberikan diskon harga atas biaya transaksi; Menyediakan transaksi kredit dan margin trading. Segera setelah itu, membangun Exchange Union Chaindan mewujudkan interkoneksi penuh antara pertukaran mata uang digital dengan menggunakan teknik blockchain.
Dalam menjalankan, memiliki 2 (dua) tahapan proses teknis, tahapan tersebut antara lain :
  •  Langka Petama
  1. Berinvestasi di pertukaran mata uang digital di seluruh dunia. Kami akan membuat strategi investasi dalam pertukaran mata uang digital untuk membangun Union.
  2. Sinergi akan dikembangkan di antara anggota Uni (berdasarkan kontrak).
  3. Tidak ada pertukaran memiliki daftar lengkap dari mata uang digital berbeda. XUC berfungsi sebagai "koin universal" di antara pertukaran silang dan perdagangan mata uang multi.
  • Langka Kedua
Union akan membangun Exchange Union Chain dan mengatur algoritma konsensus sendiri. Agar dianggap sah, transaksi harus disetujui paling sedikit 80% dari Union. Proses ini harus kurang dari 1 detik.



Untuk informasi lebih lanjut tentang Uxchange Union Coin, bisa dibaca di bawah ini :
website : https://exchangeunion.net
whitepaper : https://exchangeunion.net/white-paper.pdf
Twitter : https://twitter.com/exchange_union
Facebook : https://www.facebook.com/XUCICO/

link profil bitcointalk : https://bitcointalk.org/index.php?action=profile


Rabu, 05 Desember 2012

STRATEGI PENINGKATAN LOYALITAS DAN KOMITMEN KARYAWAN TERHADAP PERUSAHAAN


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dengan  realita  yang  terjadi  di  Indobesia,  bahwa  kurangnya  loyalitas  dan  komitmen  pegawai  terhadap  perusahan.  Karena,  pegawai  mengukur  loyalitas  dan  komitmen  melalu  tingkat  upah  yang  diberikan  oleh  perusahan. Selain  itu,  kita  bias  meliat  denga  apa  yang  terjadi  saat  ini,  bahwa  sangat  banyak  perusahan  yang   kurang  pedulih  terhadap  pegawai   yang  tidak  memiliki  loyalitas  dan  komitmen  terhadap  perusahaan.  padahal,  loyalitas  dan  komitmen  sangat berpengaruh  terhadapa  kinerja  suatu  perusahaan.  Diantar  indikasinya  adalah;  pertama,  minimnya  kesadaran  para  pegawai  tentang  betapa  pentingnya  membangun  loyalitas  dan  membangun  komitmen  terhadap  suatu  perusahaan,  walaupun  ada pembelajaran  tentang  loyalitas  dan  komitmen,  tapi  kurang  dipedulikan  oleh  perusahaan maupun  para  pegawai  itu  itu sendiri.  Kedua,  kurangnya  pelatihan-pelatihan  yang  diadakan  oleh  perusahaan  untuk  meningkatkan  loyalitas  dan  komitmen  terhadap  perusahaan.  Ketiga, kurangnya  kesadaran  yang  oleh  para  pegawai  tentang  betapa  pentingnya  memiliki  loyalitas  dan  komitmen  terhadap  perusahaan. Dengan   kurangnya  loyalitas  dan  komitmen  terhadap  suatu  perusahaan  yang berimbas  ke  kinerja  suatu  perusahaan  yang  kurang  maksimal.
Selain itu, banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya komitmen dan loyalita kariawan terhadap suatu perusahaan salasatunya adalah menolak Sistem Jaminan Sosial Nasional yang mewajibkan rakyat mengiur untuk menikmati manfaat jaminan sosial. Mereka menuntut pemerintah agar bertanggung jawab. Mereka menilai, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS melanggar Pasal 28 UUD 1945. Mereka meminta Presiden agar segera bersikap dalam dua minggu. Buruh juga menuntut pemerintah menuntaskan berbagai masalah ketenagakerjaan, seperti alih daya, upah, dan penegakan hukum.
Oleh  sebap  itu,  sangat  pentinya  loyalitas  dan  komitmen  dalam suatu  perusahaan  karena  menentukan  hasil  kinerja  pada  perusahaan.  Betapa  pentingnya  laporan  ini  saya  buat  untuk  menyadarkan  perusahaan  maupun  para pegawai  tentang  loyalita  dan  komitmen  untuk  dibangun  demi  kepentingan  perusahaan  terkait.

B.     Rumusan Masalah
Dari  masalah-masalah  yang  telah  dijabarkan,  bahwa  dapat  dirumuskan masalah  sebagai  berikut;  bagaimna  cara  perusahaan  dapat  meningkatkan   terhadap  para  pegawai  tentang  petingnya  loyalitas  dan  komitmen  terhadap  perusahaan  demi  untuk  meningkatkan  kinerja  yang  maksimal  dalam  perusahaan  dan  untuk  mampu  bersaing  dengan  para  pesaing  di  dunia  bisnis  yang  semakin  kompetitif.
C.     Tujuan  Laporan
Tujuan  laporan  ini  dibuat  untuk  mengetahui  dan  untuk  mengukur  loyalitas  dan  komitmen  para  pegawai  terhadap  perusahaan.  Selain  itu  untuk  menyadarkan  para  pegawai  dan  perusahaan  betapa  pentingnya  loyalitas  dan  komitmen  tersebut.  Demi untuk  meningkatkan  kinerja  terhadab  perusahaan  yang  sangat  mengkedepankan  loyalitas  dan  komitmen.

D.    Manfaat Laporan
Yang  bisa  diambil  dari  laporan  tersebut  adalah  betapa berpengaruhnya  loyalita  dan  komitmen  terhadab  suatu  perusahaan  maupun  organisasi.  Karena,  sangat  berpengaruh  terhadab  kinerja  yang  positif  dalam  suatu  perusahaan  maupun  organisasi.  Selain itu,  dampak  yang  ditimbulkan  dalam  mengempentingkan  loyalitas  dan  komitmen  adalah  mempengaruhi  motivasi  seseorang  dalam  berkerja  khususnya  guna  mendapatkan  predikat  sebagai seseorang  prefesional  sejati  sebagai  suatu  kebanggaan  didalam  suatu  asosiasi  profesi.
1.      Kegunaan dalam pengembangan ilmu atau manfaat di bidang teoritis.
Adapun manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah : Sebagai salah satu bahan acuan keilmuan untuk kepentingan penelitian dalam masalah yang terkait dimasa yang akan datang dan akan memperoleh pengetahuan di lapangan.
2.      Manfaat bidang praktik
      Bagi penulis dapat menambah ilmu, pada umumnya di bidang Manajemen SDM, dan pada khususnya di bidang strategi peningkatan loyalitas dan komitmen karyawan terhadap organisasi.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE OBDERVASI

A.    Landasan Teori
Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Selain itu manajemen juga suatu kegiatan, yang pelaksanaannya adalah “managing” – pengelolaan - , sedang pelaksananya disebut manager atau pengelola.
Dalam buku yang sama George dan Leslie ( 2009 ) mengatakan manajemen adalah juga ilmu pengetahuan maupun seni. Sebagai ilmu pengetahuan manajemen menjadi ilmu alat dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuannya. Organisasi menggunakan manajemen dalam rangka mencapai visi dan misinya. Oleh karena itu manajemen menjadi sangat penting dalam organisasi ataupun perusahaan.
Manajemen mempunya fungsi-fungsi yang harus dijalankan manager. Fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Planning – yaitu menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa yang akan datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu.
2.      Organizing – yaitu mengelompokkan dan menentukan berbagai kegiatan penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan itu.
3.      Staffing – yaitu menentukan keperluan-keperluan sumber daya manusia, pengarahan, penyaringan, latihan dan pengembangan tenaga kerja.
4.      Motivating – yaitu mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia kearah tujuan-tujuan.
5.      Controlling – yaitu mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menetukan sebab-sebab penyimpangan-penyimpangan dan mengambil tindakan-tindakan korektif dimana perlu.

1.      Manajemen Sumber Daya Manusia ( MSDM )
Dalam manajemen terdapat berbagi macam bidang, antara lain : Manajemen Sumber Daya Manusia, Manajemen Pembelanjaan, Manajemen Produksi, Manajemen Biaya, Manajemen Pemasaran, Manajemen Perkantoran, Manajemen Risiko, Manajemen Berdasarkan Sasaran, dan Manajemen Mutu.
Manajemen Sumber Daya Manusia adalah bagian dari manajemen. Secara definisi MSDM dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Fungsi-fungsi MSDM terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengemabangan kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan dan pemberhentian. Secara sederhana Manajemen Sumber Daya Manusia adalah mengelola sumber daya manusia.
Karyawan adalah aset yang mempunyai andil terbesar terhadap kemajuan organisasi atau perusahaan. Penanganan yang tidak tepat oleh manajemen akan menghambat pencapaian tujuan organisasi / perusahaan.
Pembahasan dalam Manajemen Sumber Daya Manusia antara lain : perencanaan dalam sumber daya manusia dalam organisasi, analisis dan klasifikasi pekerjaan, rekrutmen, seleksi dan penenpatan, evaluasi pekerjaan dan kompensasi, penilaian performasi pekerjaan, produktivitas, motivasi kerja, pelatihan dan pengembangan, hubungan pekerja – manajemen, tindakan disiplin dan pengaduan, dan hak-hak pekerja.
2.      Strategi Peningkatan Loyalitas dan Komitmen

a.       Peningkatan loyalitas
Berdasarkan tujuan peningkatan loyalitas, peningkatan loyalitas karyawan harus mendapatkan perhatian yang khusus dari pihak manajemen perusahaan. Jika peningkatan loyalitas karyawa dikelola dengan baik oleh perusahaan, maka karyawan akan memiliki semangat bekerja, berdisiplin tinggi, dan bersikap loyal pada perusahaan. Mengingat bahwa sumber daya manusia merupakan unsur yang terpenting, pemeliharaan hubungan yang berkelanjutan dan serasi dengan karyawan dalam setiap perusahaan menjadi sangat penting. Tujuan utama perusahaan melakukan program peningkatan loyalitas karyawan adalah untuk membuat setiap orang dalam perusahaan merasa betah dan senantiasa bertahan sekalipun terjadi hal-hal yang dapat mengganggu kestabilan dan keadaan perusahaan.
Loyalitas merupakan tekad dan kesanggupan untuk mentaati, melaksanakan dan mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab (Flippo, 1996). Banyak faktor yang menjadikan seorang karyawan menjadi loyal, diantaranya kepuasan kerja, kompensasi atau insentif, komunikasi yang efektif, motivasi yang diberikan oleh perusahaan, tempat kerja yang nyaman, pengembangan karir, pengadaan pelatihan dan pendidikan karyawan, partisipasi kerja, pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja serta hubungan dengan karyawan lain. Dimana, faktor-faktor tersebut sebagian diantaranya merupakan metode dalam program pemeliharaan karyawan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa loyalitas karyawan dapat diciptakan melalui program peningkatan loyalitas karyawan.


b.      Peningkatan komitmen
Komitmen suatu perusahaan dapat dilihat dari beragam perspektif. Dari sisi karyawan perusahaan, komitmen dicirikan oleh produktivitas dan penghargaan terhadap karyawan; dari sisi pelanggan berapa target jumlah dan jenis khalayak pelanggan ; dan dari sudut investor adalah reputasi dan nilai-nilai intangible perusahaan. Dalam kenyataannya komitmen antarkaryawan bisa beragam. Mulai dari yang sangat kurang sampai ke yang sangat komitmen. Lalu apa yang bisa diperbuat pemimpin perusahaan dalam meningkatkan komitmen karyawannya?
Dalam prakteknya tidaklah cukup hanya menganalisis dari dimensi mana kita melihat komitmen karyawan. Yang jauh lebih penting setelah dilakukan analisis, pemimpin perusahaan hendaknya mampu membuat suatu kerangka pendekatan bagaimana meningkatkan komitmen karyawan. Langkah awal yang bisa dilakukan  adalah mendefinisikan kembali jenis kontribusi karyawan yang mampu menciptakan  suatu nilai yang baru bagi perusahaan. Misalnya karyawan yang memberikan kontribusi nilai yang lebih besar pada perusahaan seharusnya memperoleh imbalan yang lebih banyak pula. Disini unsur pertimbangan persamaan  diganti dengan pertimbangan keadilan. Makin tinggi prestasi seseorang semakin banyak imbalan uang dan karirnya. Karyawan seperti ini cenderung akan bertahan dan bahkan akan mengembangkan potensinya untuk memajukan perusahaan. Sebaliknya kalau mereka berprestasi semakin besar tetapi imbalan yang diterimanya sama dengan karyawan lain yang kurang berprestasi cenderung akan meninggalkan perusahaan atau tetap di perusahaan namun tidak bergairah bekerja. Nah yang lebih tidak adil adalah manakala karyawan memperoleh nilai yang lebih besar ketimbang kontribusi yang diberikannya kepada perusahaan. Tentu saja karyawan yang diperlakukan seperti ini akan betah di kantor. Tetapi di sisi lain terjadi ketidak-adilan bagi karyawan  berprestasi yang potensial dapat menuai protes keras.
Untuk menghindari terjadinya rasa ketidak-adilan, pemimpin perusahaan harus belajar membedakan kualifikasi karyawan dari yang terendah sampai tertinggi melalui penelaahan yang teliti. Ukuran-ukuran kinerja perlu dipakai sebagai indikasi obyektif. Di samping itu langkah-langkah  perlu dilakukan secara sistematis sampai semua karyawan mau menerima sistem imbalan yang dikeluarkan perusahaan. Semuanya itu dalam kerangka untuk menciptakan komitmen kerja karyawan berbasis keadilan imbalan. Untuk itu dicoba mengadaptasi pendapat Ulrich dan Smallwood dalam  mendorong karyawan untuk meningkatkan komitmennya melalui kegiatan-kegiatan pengembangan visi, kesempatan, insentif, impak, kemasyarakatan, dan komunikasi.
            Terkait dengan visi, banyak karyawan ingin memperoleh makna dari pekerjaan yang dilakukannya. Mereka ingin memperoleh kebanggan dari apa yang dilakukannya buat perusahaan. Selain itu mereka ingin diakui eksistensinya. Para karyawan akan semakin komit ketika manajer mereka memberikan sesuatu yang bermakna dalam pekerjaan kepada karyawan. Nilai dari visi lebih tinggi dibanding slogan. Di dalamnya terdapat filosofi kerja. Karena itu seharusnya setiap pekerjaan memiliki nilai termasuk penghargaan yang bakal diterima karyawan. Para manajer mengkondisikan sistem nilai yang ada dalam visi itu kepada karyawan. Semakin terinternalisasi sistem nilai dalam visi semakin komit karyawan dalam melakukan pekerjaannya dengan lebih baik lagi.
            Selain pentingnya aspek visi, dalam organisasi pembelajaran, ketrampilan dan kemampuan sudah merupakan kebutuhan  karyawan. Semakin besar peluang yang diberikan pemimpin perusahaan kepada karyawan untuk mengembangkan ketrampilan dan kemampuan semakin tinggi komitmen yang diberikan karyawan. Karena itu pemimpin hendaknya mengizinkan karyawan untuk berkreasi dan berinisiatif. Biarkan mereka untuk terus menerus belajar dan tumbuh. Sementara, pemimpin perusahaan pun harus memiliki proses pembelajaran bagi semua karyawannya secara bersinambung.  Lewat pendekatan ini maka karyawan diharapkan dapat meningkatkan komitmen dan prestasinya.
            Tidak ada yang membantah bahwa insentif baik dalam bentuk finansial dan bukan finansial berpengaruh terhadap komitmen karyawan untuk bekerja. Insentif finansial bisa berbentuk besaran gaji atau upah dan bisa juga berbentuk bonus. Sementara, bentuk non-finansial berupa promosi atau pengakuan/penghargaan. Semakin tinggi insentif cenderung semakin tinggi komitmen para karyawan dalam bekerja. Insentif ini merupakan bentuk apresiasi pemimpin kepada karyawan yang telah berkontribusi memajukan perusahaan. Namun demikian semata-mata karena uang tidak selalu mendorong karyawan bekerja maksimum. Karyawan juga membutuhkan pemimpin yang selalu memanusiakan mereka dengan menerapkan gaya kepemimpinan yang humanis.
            Sementara itu semakin dilibatkannya karyawan dalam mengerjakan hal-hal yang strategis dan pengambilan keputusan maka karyawan akan  semakin diakui keberadaannya. Para karyawan merasa bahwa apa yang dikerjakannya dapat memberi impak pada perkembangan perusahaan. Mereka dinilai mampu menciptakan kondisi kerja yang nyaman dengan memelihara hubungan kerja baik jalur vertikal dengan pimpinan maupun jalur horisontal dengan rekan kerjanya. Dalam hal ini komitmen karyawan akan semakin tinggi.
            Kebanggaan karyawan akan dicerminkan pula dalam bentuk perasaan bangga sebagai bagian dari suatu tim kerja. Disitu terdapat struktur sosial (kemasyarakatan) sekaligus interaksi sosial sebagai tempat untuk berbagi pengalaman, pengetahuan, dan kolaborasi yang instensif. Unsur-unsur itulah yang membuat karyawan terdorong untuk meningkatkan komitmennya pada perusahaan.
            Dalam struktur sosial di atas maka peran komunikasi menjadi sangat penting. Mereka memerlukan informasi apa yang terjadi dalam perusahaan dan bahkan dalam dirinya. Mereka membutuhkan informasi tentang kekuatan dan kelemahan perusahaan. Dengan demikian karyawan dapat berkomunikasi satu sama lainnya untuk membantu perusahaan dengan lebih baik lagi. Dalam hal ini mereka harus dipandang sebagai bagian keluarga besar perusahaan yang bertanggung jawab. Dengan kata lain pengakuan ini akan menimbulkan komitmen yang tinggi pada perusahaan.
            Enam pendekatan tersebut tentunya memerlukan jabaran yang lebih teknis lagi. Hal itu diperlukan karena semua karyawan dalam suatu tim kerja tidaklah homogen. Masing-masing dari mereka memiliki keunikan perilaku. Di sisi lain bobot masing-masing pendekatan akan beragam sesuai dengan perilaku karyawan. Dengan demikian pemimpin perusahaan harus cermat atau teliti ketika akan merumuskan kegiatan pengembangan komitmen. Implikasinya, selain pendekatan umum maka pendekatan spesifik per karyawan pun sangat diperlukan.

B.     Metode Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu objek dengan sistematika fenomena yang diselidiki. Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Observasi dapat dilakukan sesaat ataupun mungkin dapat diulang. Oleh sebab itu observasi hendaknya dilakukan oleh orang yang tepat. Dalam observasi melibatkan 2 komponen yaitu si pelaku observasi yang lebih dikenal sebagai observer dan objek yang di observasi yang dikenal sebagai observee.
1.      Obyek
Tempat opservasi KKL adalah di perusahaan Coca-Cola Amatil Indonesia Seputar Semarang yang beralamatkan di  Jl Soekarno Hatta Km 30 Harjosari Bawen Kab. Semarang dan perusahaan Jamu PT Sido Muncul Seputar Semarang yang beralamatkan  Jl Soekarno Hatta Km 28 Kec Bergas – Klepu, Semarang Indonesia.
2.      Jenis Data
Data yang dipakai dalam laporan tersebut adalah berupah data kualitatif yaitu Penelitian suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian (McMillan & Schumacher, 2003). Alas an menggunakan data tersebut karena pada saat menuju lokasi atau tempat opservasi tersebut langsung bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian.
3.      Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan cara wawancara. wawancara merupakan teknik pengambilan data dimana peneliti langsung berdialog dengan responden untuk menggali informasi dari responden.
Teknik wawancara memakan waktu dan biaya yang sangat besar untuk sampel yang cukup besar dan tersebar. Wawancara berarti komunikasi antara pewawancara dan orang yang diwawancara, hal ini cenderung menimbulkan perbedaan interpretasi antara keduanya. Namun dengan wawancara dapat diperoleh informasi lebih lengkap.
4.      Devinisi Operasional Variabel
Pengelolaan sumber daya manusia (SDM) yang baik dapat membantu perusahaan mencapai tujuannya. Komitmen organisasional merupakan cerminan bagaimana seseorang individu telah memiliki tingkat kepercayaan dan menerima serta terikat dengan tujuan organisasi. Seseorang yang memiliki komitmen terhadap organisasi berarti memiliki loyalitas terhadap organisasi. Komitmen organisasional dalam penelitian ini terdiri dari tiga komponen yaitu komitmen afektif, komitmen kontinuans, dan komitmen normatif. Tujuan laporan ini adalah untuk mengetahui bagaimana komitmen organisasi dan loyalitas karyawan terhadab perusahaan serta untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari ketiga komponen komitmen organisasional (afektif, kontinuans, dan normatif) terhadap loyalitas karyawan didalam suatu perusahaan tersebut.


BAB III
PEMBAHASAN

A.    Gambaran Umum Obyek Observasi

1.      Coca-Cola Amatil Indonesia
Coca-Cola Amatil Indonesia, sebagai perusahaan minuman ringan terkemuka di Indonesia yang memproduksi dan mendistribusikan produk-produk berlisensi dari The Coca-Cola Company, selalu ingin memberikan layanan terbaik kepada seluruh pelanggan dan konsumen.
National Contact Centre sebagai Layanan Pelanggan yang dimiliki oleh Coca-Cola Amatil Indonesia sejak tahun 2005 adalah bentuk komitmen untuk memberikan kemudahan akses bagi pelanggan, konsumen maupun masyarakat yang ingin berinteraksi dan membutuhkan layanan dari CCAI. Dengan didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan handal, proses serta sistem dan teknologi yang terintegrasi, kami siap membantu Anda.
Melalui layanan pelanggan dengan teknologi yang terintegrasi, kami memastikan bahwa produktivitas sumber daya manusia yang ada dapat menjaga kemudahan akses dan waktu penyelesaian yang sesuai dengan Service Level Agreement, dan mengubahnya menjadi peluang bisnis dan menciptakan Customer Value Management.

2.      PT. Sido Muncul
PT. SidoMuncul bermula dari sebuah industri rumah tangga pada tahun 1940, dikelola oleh Ibu Rahkmat Sulistio di Yogyakarta, dan dibantu oleh tiga orang karyawan. Banyaknya permintaan terhadap kemasan jamu yang lebih praktis, mendorong beliau memproduksi jamu dalam bentuk yang praktis (serbuk), seiring dengan kepindahan beliau ke Semarang , maka pada tahun 1951 didirikan perusahan sederhana dengan nama SidoMuncul yang berarti "Impian yang terwujud" dengan lokasi di Jl. Mlaten Trenggulun. Dengan produk pertama dan andalan, Jamu Tolak Angin, produk jamu buatan Ibu Rakhmat mulai mendapat tempat di hati masyarakat sekitar dan permintaannyapun selalu meningkat.
Dalam perkembangannya, pabrik yang terletak di Jl. Mlaten Trenggulun ternyata tidak mampu lagi memenuhi kapasitas produksi yang besar akibat permintaan pasar yang terus meningkat, dan di tahun 1984 pabrik dipindahkan ke Lingkungan Industri Kecil di Jl. Kaligawe, Semarang.
Guna mengakomodir demand pasar yang terus bertambah, maka pabrik mulai dilengkapi dengan mesin-mesin modern, demikian pula jumlah karyawannya ditambah sesuai dengan kapasitas yang dibutuhkan ( kini jumlahnya mencapai lebih dari 2000 orang ).
Untuk mengantisipasi kemajuan dimasa datang, dirasa perlu untuk membangun unit pabrik yang lebih besar dan modern, maka di tahun 1997 diadakan peletakan batu pertama pembangunan pabrik baru di Klepu, Ungaran oleh Sri Sultan Hamengkubuwono ke-10 dan disaksikan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan saat itu, Drs. Wisnu Kaltim.
Pabrik baru yang berlokasi di Klepu, Kec. Bergas, Ungaran, dengan luas 29 ha tersebut diresmikan oleh Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia, dr. Achmad Sujudi pada tanggal 11 November 2000. Saat peresmian pabrik, SidoMuncul sekaligus menerima dua sertifikat yaitu Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) dan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) setara dengan farmasi, dan sertifikat inilah yang menjadikan PT. SidoMuncul sebagai satu-satunya pabrik jamu berstandar farmasi. Lokasi pabrik sendiri terdiri dari bangunan pabrik seluas 7 hektar, lahan Agrowisata ,1,5 hektar, dan sisanya menjadi kawasan pendukung lingkungan pabrik.
Secara pasti PT. SidoMuncul bertekad untuk mengembangkan usaha di bidang jamu yang benar dan baik. Tekad ini membuat perusahaan menjadi lebih berkonsentrasi dan inovatif. Disamping itu diikuti dengan pemilihan serta penggunaan bahan baku yang benar, baik mengenai jenis, jumlah maupun kualitasnya akan menghasilkan jamu yang baik.
Untuk mewujudkan tekad tersebut, semua rencana pengeluaran produk baru selalu didahului oleh studi literatur maupun penelitian yang intensif, menyangkut keamanan, khasiat maupun sampling pasar. Untuk memberikan jaminan kualitas, setiap langkah produksi mulai dari barang datang , hingga produk sampai ke pasaran, dilakukan dibawah pengawasan mutu yang ketat.
Seluruh karyawan juga bertekad untuk mengadakan perbaikan setiap saat, sehingga diharapkan semua yang dilakukan dapat lebih baik dari sebelumnya.

Visi :     
Menjadi industri jamu yang dapat memberikan manfaat pada masyarakat dan lingkungan.
Misi :    
Meningkatkan mutu pelayanan di bidang herbal tradisional
Mengembangkan research / penelitian yang berhubungan dengan pengembangan pengobatan dengan bahan-bahan alami.
Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya membina kesehatan melalui pola hidup sehat, pemakaian bahan-bahan alami dan pengobatan secara tradisional.
Ikut mendorong pemerintah / instansi resmi agar lebih berperan dalam pengembangan pengobatan tradisional.

Saat ini PT. SidoMuncul didukung lebih dari 2000 karyawan dengan tingkat pendidikan bervariasi dan ditempatkan sesuai dengan keahlian, kemampuan dan kapasitasnya masing-masing. Sebagai pendukung, SidoMuncul juga memilki tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu, seperti biologi, ekonomi, farmasi, pertanian, hukum, teknologi pangan, teknik kimia, teknik elektro, dll.
Untuk mengembangkan kemampuan, pada waktu-waktu tertentu kepada karyawan diberikan kesempatan mengikuti pelatihan, kursus, maupun seminar. Untuk mendukung pengembangan, PT. SidoMuncul juga merekrut konsultan yang ahli di bidangnya, misalnya : apoteker, dokter umum, dokter gigi dan spesialis.

B.     Pembahasan Masalah
Untuk membahas suatu masalah tentang bagaiman kedua perusahan meningkatkan loyalitas dan komitmen terhadab karyawan. Karena betapa pentingnya loyalitas dan komitmen terhadap karyawan jika itu diterapkan dengan baik, agar biasa bersaing dengan para pesaing yang ada di dunia bisnis.
Masalah yang di hadapi perusahaan Coca-Cola amatil Indonesia semarang untuk peningkatan loyalitas dan komitmen terhadap perusahaan antara lain sebagai berikut :
1.                   Tidak terstukturisasinya perusahaan Coca-Cola amatil Indonesia dalam perekrutan kariawan. Itu adalah tanda bahwa perusahaan tidak memiliki keseriusan dalam Manajemen SDM.
2.                   Perusahaan lebih memperbaiki mutu suatu produk dari pada membenah manajemen SDM yang ada dalam perusahaan.
3.                   Kurang terstukturisasinya dengan baik Manajemen Sumber Daya Manusia seperti manajemen kinerja, kompensasi, pengembangan karir, perencanaan suksesi.
Berbeda dengan dengan perusahaan Coca-Cola amatil Indonesia Semarang, PT. Sido Muncul memiliki masalah yang brbedah pulah dalam meningkatkan loyalitas dan komitmen terrhadap para karyawan. Yaitu, PT. Sido Muncul kurang menyadarkan para karyawan untuk memkai masker demi keamanan kesehatn kariyawan, dan dari situlah dapat di simpulkan bahwa PT. Sido Muncul kurang bertanggung jawab terhadap kesehatan para karyawan yang ada dalam suatuh perusahaan dan dari situlah mengakibatkan loyalitas dan komitmen karyawan menjadi berkurang.

Selain itu cara untuk meningkatkan loyalitas dan komitmen terhadap kedua perusahan agar mampu bersaing dengan dunia bisni antaralain:
1. hubungan yang erat antar karyawan
2. saling keterbukaan dalam hubungan kerja
3. saling pengertian antara pimpinan dan karyawan
4. memperlakukan karyawan tidak sebagai buruh, tetapi sebagai rekan kerja
5. pimpinan berusaha menyelami pribadi karyawan secara kekeluargaan
6. rekeasi bersama seluruh anggota perusahaan
Selain itu, stres kerja merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan terganggunya loyalitas dan komitmen karyawan terhadap perusahaan jika karyawan perusahaan tersebut tidak mampu menanggulanginya. Manajemen harus selalu memikirkan berbagai cara untuk mencegah atau mengatasi terjadinya stres kerja yang tinggi. Salah satu cara yang dapat dilakukan manajemen ialah pemberian gaji yang sesuai dengan apa yang dikorbankan karyawan kepada perusahaan. Selain dimaksudkan untuk mengurangi tingkat stres kerja yang akan muncul, hal ini juga dapat meningkatkan loyalitas karyawan terhadap perusahaan. Dengan demikian, pada akhirnya diharapkan karyawan memiliki tingkat komitmen afektif yang tinggi terhadap perusahaan. Dengan arti, karyawan dapat mengidentifikasikan dirinya dengan perusahaan, memiliki tingkat loyalitas yang tinggi serta mendukung segala program perusahaan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
martoyo (1987) mengemukakan bahwa perhatian terhadap karir individual dalam perencanaan karir yang telah ditetapkan, penilaian prestasi kerja baik tertib dan benar serta pemberian upah akan dapat meningkatkan loyalitas karya pada perusahaan dimana mereka bekerja, Gilsbert (Kadarwati,2003) berpendapat agar karyawan mempunyai loyalitas kerja yang tinggi pada perusahaan dengan jalan mengambil perhatian,memuji kemajuan, pemindahan, kenaikan upah, promosi jabatan, memeberitahukan kepada karyawan tentang apa yang terjadi pada perusahaan, membiarkannya mengerti bagaimana bekerja dengan baik serta mau mendengarkan keluhan para karyawan.


BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa kedua perusahaan belum mempunya upayah untuk meningkatkan loyalitas dan komitmen karyawan terhadap perusahaan.
Masalah yang di hadapi perusahaan Coca-Cola amatil Indonesia semarang untuk peningkatan loyalitas dan komitmen terhadap perusahaan antara lain sebagai berikut :
1.      Tidak terstukturisasinya perusahaan Coca-Cola amatil Indonesia dalam perekrutan kariawan. Itu adalah tanda bahwa perusahaan tidak memiliki keseriusan dalam Manajemen SDM.
2.      Perusahaan lebih memperbaiki mutu suatu produk dari pada membenah manajemen SDM yang ada dalam perusahaan.
3.      Kurang terstukturisasinya dengan baik Manajemen Sumber Daya Manusia seperti manajemen kinerja, kompensasi, pengembangan karir, perencanaan suksesi.
Berbeda dengan dengan perusahaan Coca-Cola amatil Indonesia Semarang, PT. sido Muncul sudah memiliki kiat-kiat untuk meningkatkan loyalitas dan komitmen karyawan terhadap perusahaan, walaupun terdapat berbagai masalah di suatu perusahaan tersebut namun terdapat hal yang positif. Di antara lain sebagai berikut :
1.      Dengan memiliki poliklinik dalam suatu perusahan.
2.      Memberikan dispensasi kepada para pekerja yang rajin dan ulet dalam berkerja.
3.      Tetap memberikan gaji kepada orang yang sedang tidak berkerja, tapi hanya sebatas gaji pokok saja tanpa memberikan dispensasi.
4.      Untuk mengatasi kejenuhan dalam berkerja, di adakan roling atau pertukaran dari bagian tertentu ke bagian tertentu pulah.
5.      Memberikan cuti dua hari terhadap karyawan wanita yang memiliki halangan (menstruasi).
6.      Jika kariawan dating tepat waktu, akan mendapatkan reward berupa uang dari perusahaan.

B.     Saran
Perusahaan harus lebih mengutamakn loyalitas dan komitmen terhadap sebua perusahaan karena menurut Meyer dan Allen (1991) merumuskan suatu definisi mengenai komitmen dan loyalitas dalam perusahaan sebagai suatu konstruk psikologis yang merupakan karakteristik hubungan anggota perusahaan dengan perusahaanlainya dan memiliki implikasi terhadap keputusan individu untuk melanjutkan keanggotaannya dalam perusahaan. Berdasarkan definisi tersebut anggota yang memiliki komitmen terhadap perusahaan akan lebih dapat bertahan sebagai bagian dari perusahaan dibandingkan anggota yang tidak memiliki komitmen terhadap perusahaan.
Penelitian dari Baron dan Greenberg (1990) menyatakan bahwa komitmen dan loyalitas memiliki arti penerimaan yang kuat individu terhadap tujuan dan nilai-nilai perusahaan, di mana individu akan berusaha dan berkarya serta memiliki hasrat yang kuat untuk tetap bertahan di perusahaan tersebut.
Selain itu untuk meningkatkan loyalitas dan komitmen karyawan terhadap perusahan dibutuhkan evaluasi kinerja. Karena, evaluasi kinerja merupakan bagian esensial dari manajemen, khususnya manajemen sumber daya manusia. Evaluasi kinerja pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kadar profesionalisme karyawan. Penilaian kinerja dimaksudkan untuk menilai dan mencari jenis perlakuan yang tepat sehingga karyawan dapat berkembang lebih cepat sesuai dengan harapan. Salah satu penyebab rendahnya kinerja para karyawan Indonesia ialah evaluasi kinerja mereka tidak dilaksanakan secara sistematis dan tidak mengacu pada kaidah-kaidah sains.

Kamis, 11 Oktober 2012

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP SEMANGAT DAN KINERJA ANGGOTA ORGANISASI


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang Masalah

Dengan realita yang terjadi di Indonesia, bahwa kurangnya rakyat Indonesia yang memiliki jiwa kepemimpinan. Kita bias melihat dengan apa yang terjadi saat ini, bahwa sangat banyak rakyat Indonesia yang menyala gunakan kekuasaannya untuk memuaskan kepentingan pribadinya. Diantar indikasi adalah; pertama,  minimnya pembelajaran untuk para pemuda tentang apa arti sesungguhnya dari kepemimpinan tersebut, walaupun ada pembelajaran tersebut, tapi hanya organisasi-organisasi tertentu saja yang mempelajari hal tersebut. Kedua, materi kepemimpinan tidak di masukan ke kurikulum lembaga pendidikan, yang mengakibatkan seakan-akan materi kepemimpinan tidak terlalu penting dalam menjalani seluru aktivitas. Ketiga, kurangnya minat masyarakat dalam mempelajari materi-materi kepemimpinan. Dengan kurangnya jiwa kepemimpinan di Indonesia yang mengakibatkan berimbasnya ke gaya kepemimpinan yang kurang maksimal.


Oleh sebab itu, sangat pentingnya dilakukan penelitian tentang jiwa kepemimpinan dan gaya kepemimpinan dalam suatu organisasi. Dari situ kita bias mengetahui apakah rakyat Indonesia masih memiliki jiwa kepemimpinan dan gaya kepemimpinan yang baik ataukah hal tersebut hanya menjadi isapan jempol.


B.    Rumusan Masalah
Dari masalah-masalah yang telah dijabarkan, bahwa dapat dirumuskan masalah sebagai berikut; bagaimana cara organisasi untuk dapat memilih dan melihat orang yang memiliki jiwa kepemimpinan tersebut dan bagaimana cara organisasi untuk meningkatkan jiwa kepemimpinan demi untuk mencapai visi dan misi, dan untuk memperbaiki gaya kepemimpinan.

C.    Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tentang pengaruh gaya kepemimpinan terhadap semangat dan kinerja anggota kerukunan pelajar mahasiswa Buol Yogyakarta (KPMB-Y). selain itu dengan penelitian tersebut, bisa terlihat dampak positif dan negatif terhadap yang ditimbulkan jika seandainya gaya kepemimpinan baik maupun kurang baik.
D.   Manfaat Penelitian
Yang bisa diambil dari penelitian tersebut adalah betapa berpengaruhnya jiwa kepemimpinan terhadap gaya kepemimpinan untuk memimpin suatu organisasi. Dengan begitu dapat menyadarkan suatu organisasi untuk menciptakan suatu pemimpin yang adil dan berjiwa tegas dalam memimpin suatu organisasi. Selain itu dampak yang diperoleh oleh bukan hanya dinikmati oleh organisasi saja, tapi dapat dirasakan oleh orang disekitar dan lebih tepatnya rakyat Indonesia.


BAB II
LANDASAN TEORI
A.   Landasan Teori
Kepemimpinan yang efektif merupakan persyaratan vital bagi kelangsungan hidup dan keberhasilan organisasi atau perusahaan. Kepemimpinan itu dikatakan efektif atau tidak  tergantung dari gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang pemimpin. Karena sudah jelas bahwa gaya kepemimpinan akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap efektivitas kepemimpinan nya.
Telah banyak ahli mendefinisikan tentang pengertian gaya kepemimpinan, diantaranya adalah Effendi (2002:28), berpendapat bahwa “ Gaya Kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin melaksanakan kegiatannya dalam upaya membimbing, memandu, mengarahkan dan mengontrol pikiran, perasaan, atau perilaku seseorang atau sejumlah orang untuk mencapai tujuan tertentu”.
Kemudian Flippo dalam Heidjrahman dan Husnan (2000:224), mengatakan bahwa : “ Gaya Kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Dari kedua definisi tersebut dapat diambil pengertian yang sama, bahwa gaya kepemimpinan ialah perilaku seorang pemimpin dalam usaha mempengaruhi bawahannya untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.




B.    Studi Terdahulu
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah penulis diantaranya :
Penelitian yang dilakukan oleh Ringga Arie Suriyadi pada tahun 2008, dengan judul “Pengaru gaya kepemimpinan dan motifasi terhadap kinerja kariawan pada PT. Luxindo Raya”. Disitu dejelaskan bahwa Keberhasilan dari pencapaian tujuan yang diinginkan tidak hanya ditentukan oleh kepribadian, kecakapan, serta kemampuan seorang pemimpin saja, tapi ada satu hal yang sangat berpengaruh yaitu penerapan suatu model atau gaya kepemimpinan sebagai simbol dari seorang pemimpin untuk melaksanakan fungsi dan perannya yang secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi lingkungan internal organisasinya terutama bagi para karyawannya.
Penelitian yang dilakukan oleh Iis Torisa Utami SE,MM pada tahun 2009, demgan judul “Pengaruh gaya kepemimpinan transpormasional terhadap motivasi kerja kariawan pada PT. Trade Servis Tama Indonesia-Tangerang”. Disitu dijelaskan bahwa, Permasalahan yang dihadapi oleh beberapa perusahaan adalah masalah pengelolaan pengembangan sumber daya manusia khususnya dalam peningkatan karier, dimana karier merupakan hal yang sangat penting untuk mendorong karyawan dalam meningkatkan kemampuan di bidangnya, oleh karena itu untuk dapat mempengaruhi para pengikutnya diperlukan suatu gaya kepemimpinan tertentu, dimana gaya kepemimpinan yang dimiliki seorang pemimpin di perusahaan berbeda-beda.

C.    Perumusan Hipotesis
1. Proposisi, Hipotesis, Variabel dan Dimensi
Jenis Penelitian Ilmiah vs Perumusan Hipotesis
Penelitian yang TIDAK MEMERLUKAN perumusan dan pengujian HIPOTESIS:
• Deskripsi/Eksploratori: menggambarkan/menjelaskan suatu fenomena
• Rancang Bangun: pembuatan/penerapan/analisis suatu alat/teknologi/sistem
Penelitian yang MEMERLUKAN perumusan dan pengujian HIPOTESIS:
• Eksperimental: pengujian hipotesis secara empirik
Eksperimen = Experiment = Percobaan: setiap proses yang menghasilkan data
Proposisi: Pernyataan yang menjelaskan kebenaran atau menyatakan perbedaan atau hubungan antara beberapa konsep
Jenis Proposisi:
a. Aksioma atau Postulat: kebenarannya sudah tidak dipertanyakan lagi, karena sudah (dapat) dibuktikan kebenarannya
b. Teorema: Dideduksi (disimpulkan) dari (beberapa) aksioma. Teorema dapat saja dibangun dari aksioma-aksioma yang berbeda
Proposisi dan Hipotesis kadangkala sulit dibedakan.
Perbedaan paling esensial di antara keduanya adalah bahwa:
• Hipotesis bersifat lebih operasional
• Konsep-konsep dalam hipotesis sudah dioperasionalisasikan menjadi variabel
• Hipotesis sudah dapat diuji secara empirik.
Variabel: sesuatu yang mempunyai variasi nilai
Variabel dapat didetailkan menjadi dimensi
Hipotesis berasal dari kata Hypo + Thesis (Latin)
• Hypo: Sebelum
• Thesis: Dalil, Teorema
Hipotesis: Pernyataan yang kebenarannya harus diuji terlebih dahulu sebelum diterima menjadi teorema atau dalil
Secara awam Hipotesis = Pernyataan sementara
Proses pengujian hipotesis menjadi tulang belakang pembuatan alat ukur, pengumpulan data dan proses pengolahan, analisis dan interpretasi data dalam penelitian Eksperimental
2. Jenis Pengujian Hipotesis
Statistika menjadi alat pengujian Hipotesis
Dalam Statistika, pengujian hipotesis dibedakan menjadi:
a. Uji Beda (Rata-Rata)
b. Uji Hubungan antar Variabel
b.1. Uji Hubungan Simetris (Korelasi)
b.2. Uji Hubungan Berarah/Direksional (Pengaruh)
Pengujian Hipotesis secara statistiska memerlukan pembentukan Hipotesis Nol (H0) dan Hipotesis Alternatif (H1).
Hipotesis Nol (H0):
Pernyataan yang menjadi dasar pembanding
Secara matematik, Hipotesis Nol (H0) ditulis dalam bentuk persamaan (“=”)
H0 harus menyatakan tidak ada perbedaan atau tidak ada hubungan
2
Hipotesis Alternatif (H1):
Pernyataan yang menjadi altenatif H0
Secara matematik, Hipotesis Alternatif (H1):ditulis dalam bentuk pertidak-samaan (“≠. <, >”)
H1 menyatakan ada perbedaan atau ada hubungan
Pada prinsipnya pengujian hipotesis adalah:
• penerimaan H0 atau
• penolakan H0 yang menyebabkan penerimaan H1
(Pembahasan detail akan dijelaskan pada Bab Pengolahan dan Analisis Data)
Kebenaran Hipotesis bersifat tidak mutlak, sangat tergantung dari kebenaran teori pendukung dan kesempurnaan pengambilan sampel yang mewakili seluruh populasi.
Jadi penerimaan atau penolakan Hipotesis bukanlah persoalan kebenaran, tapi lebih pada persoalan cukup bukti yang mendukung atau tidak.
Suatu hipotesis DITERIMA karena dari sampel yang digunakan tidak terdapat cukup bukti untuk menolak hipotesis itu dan BUKAN karena hipotesis itu BENAR
Suatu hipotesis DITOLAK karena dari sampel yang digunakan tidak terdapat cukup bukti untuk menerima hipotesis itu dan BUKAN karena hipotesis itu SALAH
Kalau memang diinginkan memperoleh kebenaran mutlak, maka penelitian harus mencakup keseluruhan pengamatan (populasi), sesuatu yang sangat mahal dan membutuhkan ketelitian dan waktu yang panjang
3. Pembentukan Hipotesis
Pembentukan Hipotesis tergantung dari jenis uji hipotesis yang digunakan
Hipotesis pada Uji Beda (Rata-Rata)
a. H0: Tidak ada perbedaan rata-rata
semua (rata-rata) bernilai sama (“=”)
H1: Ada perbedaan rata-rata
Ada suatu (rata-rata) yang nilainya tidak sama (“≠”)
b. H0: Tidak ada perbedaan rata-rata
semua (rata-rata) bernilai sama (“=”)
H1: Ada perbedaan rata-rata
Ada suatu (rata-rata) yang nilainya lebih kecil (“<”) dari yang lain
3
c. H0: Tidak ada perbedaan rata-rata
semua (rata-rata) bernilai sama (“=”)
H1: Ada perbedaan rata-rata
Ada suatu (rata-rata) yang nilainya lebih besar (“>”) dari yang lain
Hipotesis pada Uji Hubungan antar Variabel
Dalam statistika, keeratan hubungan antar variabel dinyatakan dalam Koefisien Korelasi Linier (Pearson’s product moment) = R
Hubungan Linier = hubungan langsung
Nilai R berada di antara − 1 sampai + 1 atau −1 ≤ R ≤ +1
Nilai R = + 1 atau R = − 1 menandai suatu hubungan sempurna, kondisi ideal ini hampir-hampir tidak mungkin ditemukan dalam kenyataan sehari-hari
Nilai R = 0 menandai suatu hubungan yang sama sekali tidak ada, nilai inilah yang menjadi nilai pada Hipotesis Nol (H0 )
Nilai R mendekati −1 atau R mendekati +1 menandai hubungan yang kuat
Tanda (+) dan (−) bermakna hanya pada Uji Hubungan Direksional (berarah) atau uji Pengaruh, tidak bermakna pada uji Hubungan Simetris
Hipotesis pada Uji Hubungan Simetris (Korelasi)
H0: Tidak ada hubungan antar variabel
R = 0
H1: Ada hubungan antar variabel
R ≠ 0
Hipotesis pada Uji Hubungan Berarah (Pengaruh)
Pada pengujian hubungan direksional (pengaruh)
Tanda (+) dan (−) pada R menjadi sangat berarti
Dalam uji ini variabel dibedakan menjadi:
a. Variabel yang mempengaruhi = Variabel Penyebab = Variabel Bebas = Independent Variable Dinotasikan sebagai X
b. Variabel yang dipengaruhi = Variabel Akibat = Variabel Tidak Bebas = Dependent Variable Dinotasikan sebagai Y
4
Hipotesis pada Uji Hubungan Berarah (Pengaruh)
a. H0: Variabel Bebas (X) tidak berpengaruh terhadap Variabel Tidak Bebas (Y)
R = 0
H1: Variabel Bebas (X) berpengaruh terhadap Variabel Tidak Bebas (Y)
R ≠ 0
b. H0: Variabel Bebas (X) tidak berpengaruh terhadap Variabel Tidak Bebas (Y)
R = 0
H1: Variabel Bebas (X) berpengaruh positif terhadap Variabel Tidak Bebas (Y)
R > 0
c. H0: Variabel Bebas (X) tidak berpengaruh terhadap Variabel Tidak Bebas (Y)
R = 0
H1: Variabel Bebas (X) berpengaruh negatif terhadap Variabel Tidak Bebas (Y)
R < 0
Nilai R positif (R > 0) menunjukkan hubungan (atau pengaruh) positif, artinya jika nilai X naik, maka nilai Y juga naik
Nilai R negatif (R < 0) menunjukkan hubungan (atau pengaruh) negatif, artinya jika nilai X naik, maka nilai Y turun
Ukuran Pengaruh adalah Koefisien Determinasi (R2) di mana R2 = R X R
Koefisien Determinasi (R2) adalah ukuran keragaman total nilai variabel tidak bebas (Y) yang dapat dijelaskan secara langsung (linier) oleh variabel bebas (X).
4. Temuan Riset Terdahulu
Riset yang dilakukan oleh Iis Torisa Utami SE,MM dengan judul Pengaruh gaya kepemimpinan transpormasional terhadap motivasi kerja kariawan pada PT. Trade Servis Tama Indonesia-Tangerang. Riset tersebut menggambarkan sebagai berikut :
Dari hasil uji validitas dan reliabilitas dari variable gaya kepemimpinan transformasional dapat dinyatakan memiliki tingkat validitas yang sangat tinggi yaitu sebesar 0,687 dan yang paling rendah yaitu 0,368, sedangkan hasil uji reliabilitas didapat nilai Alpa Cronbach sebesar 0,822. Karena angka tersebut jauh diats 0,60 maka dapat disimpulkan bahwa variable gaya kepemimpinan transformasional dapat dinyatakan handal. Selanjutnya Hasil uji validitas dan reliabilitas dari motivasi kerja karyawan dapat dinyatakan kehandalannya dengan nilai instrument sebesar 0,857 dan nilai instrument terendah sebesar 0,460. Berdasarkan hal tersebut maka variable gaya kepemimpinan transformasional dan motivasi kerja karyawan dapat dinyatakan valid.
Selanjutnya hasil analisis korelasi dan regresi bahwa hubungan gaya kepemimpinan transformasional terhadap motivasi kerja karyawan memiliki hubungan yang sangat kuat sebesar 0,542 atau 54,2% dengan tingkat signifikan sebesar *0,002 dimana tingkat signifikan tersebut lebih kecil dari alpha (α) 0,05 artinya gaya kepemimpinan transformasional memiliki hubungan yang sangat kuat atau signifikan dan positif terhadap motivasi kerja karyawan, hal ini menunjukkan bahwa adanya interaksi antara pimpinan dan bawahan dalam mengwujudkan visi dan memotivasi karyawan untuk bekerja bersama-sama mencapai tujuan yang hendak dicapai serta memahami kebutuhan-kebutuhan dari pada para karyawannya(lihat tabel 1). Hasil penelitian ini sesuai dengan jurnal bisnis dan ekonomi, September 2003, hal 3, yang menyatakan gaya kepemimpinan transformasional memotivasi bawahannya dengan cara; (1) membuat para bawahan lebih sadar mengenai pentingnya hasil-hasil suatu Pekerjaan; (2) mendorong mereka untuk lebih mementingkan organisasi dari pada diri sendiri; (3) mengaktifkan kebutuhan-kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi. Sedangkan dari hasil perhitungan uji t diperoleh nilai kostanta sebesar -2,085 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,048, dan untuk variable gaya kepemimpinan transformasional uji t sebesar 3,458 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,002, hal ini menyatakan bahwa secara parsial gaya kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan. Lihat tabel 2 berikut ini :
Selanjutnya dari hasil perhitungan uji ANOVA atau F test menghasilkan nilai F hitung sebesar 26,168 dengan tingkat signifikansi 0,000, maka model regresi dapat dinyatakan bahwa gaya kepemimpinan transformasional berpengaruh secara simultan terhadap motivasi kerja karyawan, lihat tabel 3. Hal ini terbukti bahwa kepemimpinan memiliki kaitan yang sangat erat dengan motivasi kerja karyawan, karena karyawan yang memiliki motivasi dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh pimpinan mampui memberikan kontribusi yang baik sesuai harapan pimpinan sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, pernyataan inisebagai karena keberhasilan seorang pemimpin adalah dapat menggerakkan orang lain (bawahan) dalam mencapai tujuan, sehingga seorang pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahannya tetapi pemimpin harus dapat Pernyataan ini sebagaimana disampaikan oleh Wahjosimidjo,1993:172, kepemimpinan mempunyai kaitan yang erat dengan motivasi, karena keberhasilan seorang pemimpin dalam menggerakkan orang lain sangat tergantung kepada kewibawaan dan bagaimana menciptakan motivasi dalam diri setiap karyawan sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Berdasarkan paparan tersebut maka secara nyata variable gaya kepemimpinan transformasional tidak berpengaruh secara parsial terhadap motivasi kerja karyawan, tetapi secara simultan memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap motivasi kerja karyawan, hal ini berarti bahwa karyawan sangat membutuhkan dorongan atau motivasi dari para pimpinan dalam mengwujudkan impian atau cita-citanya dimasa yang akan datang melalui program pelatihan yang diadakan baik oleh perusahaan maupun pelatihan atau pendidikan yang timbul dalam diri/individual karyawan, sehingga terbentuk sinergi yang dapat meningkatkan produktifitas perusahaan.

Kesimpulan
1. Gaya kepemimpinan transformasional secara parsial berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan, dimana variable gaya kepemimpinan sebesar 54,2% dan tingkat signifikansi sebesar 0,002 sehingga dapat disimpulkan bahwa variable gaya kepemimpinan memilihi hubungan yang positif dan signifikan terhadap motivasi kerja karyawan.
2. Gaya kepemimpinan transformasional secara simultan berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan, karena memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000 dan F hitung 26,168.
3. Gaya kepemimpinan transformasional sangat cocok diterapkan dilingkungan perusahaan , karena terbukti dapat meningkatkan motivasi karyawan dan menumbuhkan rasa percaya diri karyawan terhadap komitmen pimpinan yang selalu peduli terhadap kebutuhan karyawan.